Friday 21 August 2015

19:19 - No comments

"kita memang tak cocok"

“Kita bukan lagi anak SMP yang sedang berpacaran, Gain!”,
teriak Changreul dengan lantang.

saat itu kulihat kedua bola matanya mulai meredup,

lanjutnya dengan penuh terbata-bata,
“Dan aku.. Aku melihatmu sebagai seorang pria dewasa.”
aku terdiam.
kutelan semua kata-katanya.
semua amarahnya.
dan segala luapan emosi maupun perasaannya.

walau aku tak mengerti dengan apa yang ia katakan.
namun entah mengapa, bulir-bulir kristal turun dengan sendirinya,
keluar dari tempat persembunyian.

tak begitu banyak memang,
tapi datang terus-terusan.
tak ada jeda.
tak ada spasi.
dan satu hal,
tak ada alasan baginya untuk berhenti.

“Kau tak percaya padaku kalau aku mencintaimu, Gain.” 
“Kau tak pernah yakin kalau aku akan menikahimu.” 
“Kau tak mencintaiku”,
dengan pilu dan terbata-bata Changreul mengucapkan semuanya.

kuberanikan diriku untuk mengangkat kepala dan mencoba melihatnya.
dan kurasakan, betapa menderitanya Changreul selama ini.

bibirku mulai menutup keras, namun hatiku berteriak sekuat tenaga,
kau tahu Changreul?
sejujurnya aku mencintaimu dengan setulus hatiku.
kau ingat saat kau menggenggam tanganku?
disitu hatiku berdegup tak karuan.
dan kau mulai merangkulku,
kurasakan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.
waktu kau bercanda mencium pipi kiriku,
tiba-tiba pikiranku pergi entah kemana.
dan apa kau ingat, Changreul,
saat kau mencuri ciuman pertamaku,
sungguh,
aku tak dapat tidur bermalam-malam.

Changreul melihat ke arahku.
seperti ia merasakan ternyata ada banyak yang tak ia pahami.
seakan ia sadar,
kalau ternyata, aku juga menderita,
sama sepertinya.

“Kita mungkin tak cocok, Gain.”,
isakan Changreul pecah.

dan aku?
aku yang sedari tadi hanya melihatnya,
berpikir keras,
bertanya,
dan berdebat dengan segala harga diri yang selalu kupertahankan mati-matian.

Changreul berbalik.
meninggalkanku perlahan,
lambat, namun pasti.

tiba-tiba,

nampak,

diriku berlari ke arahnya,
memeluknya dari belakang,
dan membiarkannya menelanjangiku dengan segala kepuasan.
tapi Changreul tak bergeming, bahkan berbalik pun enggan rasanya.

sudah terlambat.
selesai.
mungkin memang kami tak cocok, seperti katanya.

dan akhirnya baru kusadari,

ternyata bukan harga diriku yang diinginkannya,
juga bukan kehormatanku sebagai wanita yang dibutuhkannya.

melainkan,
kepercayaan yang bukan pada umumnya,

serta keberanianku untuk memberikan segala-galanya.

"Kita memang tak cocok", isakku parau.