Friday 23 August 2013

00:56 - No comments

nurut.

kemarin lusa, tepatnya selasa 20 agustus 2013 kemarin. saya menyadari satu hal.
ternyata wanita itu benar-benar wanita tercengeng yang pernah saya temui.

selama 22 tahun, bagi saya, dia seorang yang koleris.
seorang yang humoris juga, karena kalau tertawa, 10 gedung pun terlewati.

namun dia bukan tipe yang tempramen, bukan wanita pemarah yang cepat naik darah.
dia selalu menunjukkan karakternya yang kuat namun tetap pada porsinya.

dia selalu baik, selalu positive thinking. bahkan kadang menurut saya, sanking baiknya dia sering dibodohi oleh orang-orang yang memanfaatkan ketulusan hatinya.

bagi saya apapun yang dia minta, pasti akan saya penuhi dengan sepenuh maupun setengah hati.
sampai saya kuliah di kampus yang cukup sering membuat saya begadang, membuat saya harus merubah cara pikir 360 derajat.
semua demi dia.
dulu dia meminta saya dengan cara halus, pasti saya penuhi.
bahkan tanpa dia minta pun, saya dengan sendirinya mengikuti apa yang menjadi keinginannya bagi hidup saya.

namun,

sampai pada akhirnya, ada satu hal yang dia minta kepada saya agar saya memenuhinya.
dua hari yang lalu,
tiba-tiba dia merengek, meminta dengan paksa, berteriak kencang sekali, dan diakhiri dengan tangisan.

namun saya tetap pada pendirian saya. "saya tidak mau memenuhi keinginannya."
padahal saya tau, kalau saya melakukan itu, kebutuhan saya lah yang tercapai.

saya sadar, saya egois, saya pembangkang, keras, suka melawan.
namun satu sisi ada hal di mana, ternyata saya tipe orang yang gampang terharu, dan melankolis!

waktu saya mandi, wanita itu masih saja teriak-teriak dan menangis sekencang-kencangnya.
satu sisi dia tak bisa memaksa saya, namun di sisi lain hanya saya yang bisa menjawab kebutuhannya.
hanya saya solusi baginya. hanya saya yang diandalkannya.

entah mengapa, saya terus berjuang melawan rasa haru saya.
dalam hati saya tidak tahan mendengar jeritannya.
namun ada bisikan kalau saya harus tetap tak menurutinya.

sering saya berpikir, sudah banyak yang saya korbankan baginya. sudah banyak yang saya kasih untuknya.
apa satu hal ini saja tak bisa ia mengalah bagi saya?

air keran kamar mandi terus mengucur. terus-terusan saya mengambil gayung untuk mengguyur kepala saya.
"sudah cukup", batin saya.
"cuma kamu zra yang dia butuhkan", nurani saya berbicara.
pada akhirnya, semakin saya sadari dan renungkan, saya yakin,

DIA BUTUH SAYA !
saat itu juga saya keluar dari kamar mandi. saya bersiap-siap, dan menghampirinya, lalu satu kalimat yang terucap dari bibir saya.
"yaudah aku nurut mamah."