Monday 19 August 2019

13:31 - No comments

Es Kelapa Condet

Ijinkan aku bercerita tentang kejadian di September 2018, kejadian yang tak terlupakan, dikarenakan ada seseorang yang berbagi GPS di iPhone masing-masing (tak bermaksud promosi apel tergigit), sehingga kami bisa saling terkoneksi meski tak punya telepati, namun yakinlah kawan, jikalau kami sehati hahaha.

Begini kisahnya,

Aku salah memilih minuman. Banyaknya gaya kinetik yang kukeluarkan, dari subuh hingga hampir petang, suara dan keringat terbuang. Di pinggiran jalan, kulihat kelapa (yang kuanggap muda) itu menggiurkan!
Sluuurrrppp sluuuurrrppppp...
“Aaaahhh, kok keras!”, sentakku dalam hati.
Orang di depanku nyengir, menertawakan kebodohanku.
Aku salah pilih minuman.

Aku salah pilih minuman, yang kelihatan menyegarkan tapi justru tak melegakan.
Slurp slurp slurp....
Yang kusebut dahaga ini nyatanya hanyalah lapar mata.
Aku salah lagi pilih minuman.

Lagi-lagi aku salah pilih minuman, yang keliatan menyejukkan, namun berujung penyesalan.
Slurp slurp slurp...
Si penjual tak sengaja mencampur minyak gosok dari jemarinya ke es kelapa punyaku.
Ah... Lagi-lagi aku salah pilih minuman.

Entah dua kali atau tiga kali atau bahkan empat kali, ah tak terhitung berapa kali ku dengannya duduk berdampingan atau berhadapan, bahkan jalan berpegangan tangan sambil meminum minuman yang salah pilihan tadi, yang menurutku melepas bebanku, tapi malah melepas bebannya karena menertawakanku.

Lagi dan lagi aku kalah dengan pilihannya, dan sesal melanda dengan pilihanku. Tawanya riang, senyumnya girang, dan hatiku senang, karena ada sayang.

Tapi ada satu minuman yang tak salah kupilih, eh tapi dia sih yang memilih, tetapi tetap wanita tak mau kalah, jadi aku lah yang memilih hahaha. Es kelapa condet, harganya lebih murah dari minuman-minuman yang salah pilih tadi. Disuguhkan 2 kursi plastik yang menghadap ke jalan, karena berjualan di depan teras rumah sendiri. Aku menikmati es kelapa pilihannya, tapi aku lebih menikmati perasaan membuncah saat duduk berdampingan, tak perlu melihat karena khawatir akan pergi, karena memang tak akan kemana, karena ada maunya.

Bahagiaku sederhana, sesederhana salah pilih minuman, sesederhana merasakan minyak gosok penjual minuman, tapi di saat itu entah mengapa menjadi rumit.

Rumit, karena apa akan terjadi lagi? Sekedar membahas hal-hal konyol melihat warga condet lalu lalang di tengah teriknya surya.

Rumit, karena apa akan terulang kembali?
Sekedar tertawa menertawakan kebodohan satu sama lain, yang justru membuat aku dan dia semakin tahu kalau kami harus selalu bersama, karena saling membutuhkan, walaupun terkesan aku memaksa, tapi dia juga memerintahku untuk memaksanya. Jadi siapa yang berkuasa?

Thursday 14 February 2019

11:38 - No comments

Thank God, I Found The GOOD in Goodbye :)

hari demi hari, minggu berganti bulan,
setiap tahun dan musim kami lalui bersama.
ada banyak yang membuat kami lelah,
tak sedikit pula tawa ria menghapusnya.
sering kami berjanji untuk tak mengeluarkan setetes air mata baginya,
namun ribuan kali kami melanggarnya.
lelah letih, pilu sendu, kami akui mereka sering menggerogoti pikiran kami.
dan apalagi bicara soal materi, tak terhitung nominalnya,
karena keluar seperti saluran air dekat di rumah kami yang mengalir deras,
apalagi pada saat hari-hari menuju Imlek.

hingga pada saat kekuatan supranatural itu datang,
yang entah darimana ia berasal,
selalu ada sukacita pelipur lara saat kami melihat kelakarnya sembari gigi-gigi besar itu keluar dari tempat persembunyiannya.
yang saat melihat senyum isengnya, tentu kami tahu kalau ia sengaja melakukannya,
namun justru membuat kami merasakan bukan lah dirinya kalau bukan jahil yang kadang membuat kami geregetan untuk mencubitnya dengan manja.

tak akan ada lagi yang memanggil kami hanya sekedar untuk mengganti channel televisi.

tak akan ada lagi yang meneriaki kami disertai nafsu makannya yang ingin jajan siomay, jajan bakso, jajan martabak, jajan nasi goreng, (seperti bukan jajan ya dek).

tak akan ada lagi yang membuat kami berhenti 10-15 menit untuk mampir melihat makanan yang diolah dengan pisang.

tak akan ada lagi yang mencandai kami dengan tawa khasnya yang membuat kami geli dan kadang membuyarkan fokus kami pada saat sedang serius.

tak akan ada lagi mata-mata nakal yang mengintipku pada saat keluar dari kamar mandi.

tidak akan ada lagi. tidak akan pernah lagi.

tidak akan muncul lagi.

tentu, ia tidak akan sakit lagi.
pasti, ia tidak akan menderita lagi.
dan kami yakin, ia tidak akan menangis lagi,
untuk dicarikan penyembuhan yang bisa membuatnya pulih kembali.

adekku sayang.
adekku malang.
sampai berjumpa di kemudian hari,
sampai bertemu kelak di Sorga nanti.


"Rest in Peace Rimbun"
-Oldie, 26 Januari 2019-

Wednesday 12 September 2018

23:30 - No comments

Latihan Tidur (.)


Kelakar tawa menggelegar di Gereja, ya, tidak lain dan tidak bukan, 
satu-satunya sang empunya tawa tersebut adalah seorang pria dengan senyum lebar serta gigi tertata, 
dan itu saya tepatnya. 


Banyak hal yang tak mampu saya interpretasikan dengan kumpulan huruf, kumpulan kata, dan kumpulan kalimat, 
sehingga hanya mampu tertawa saja.

Tapi tahukah kalian, hal yang paling saya butuhkan bukanlah tertawa, melainkan tertidur? 
Teori tidur membutuhkan waktu sekitar 8 jam memang terbukti ampuh untuk memulihkan kepenatan dan kelelahan jasmani dan rohani manusia. 
Tetapi yang justru saya suka pada saat saya tertidur adalah pada saat detik-detik saya terbangun, 
karena pada saat itu, ada perasaan yang entah di awang ataupun keinginan yang berbau kenyataan, 
yaitu membayangkan adik-adik saya sembuh dari segala sakit yang sudah cukup lama membayangi hari-harinya, 
dan tentu hari-hari saya sebagai kakaknya.

Peristiwa dimana saya hendak bangun dari tidur, 
mengimplikasikan kalau apa yang kita rindukan dan minta, pasti akan Dia genapi.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”, — (Markus 11:24)

Terdengar klise memang, nampak klasik, teoritis dan sebagainya, 
namun itulah yang saya rasakan dan alami dalam kehidupan saya. 
Seringkali pada saat tertidur, 
kebanyakan kita memilih tak mau bangun lagi, 
karena dunia nyata lebih kejam dari dunia maya. 
Namun, Tuhan menjanjikan saya untuk berharap sesuatu yang pasti, 
meminta sesuatu yang saya inginkan, dan mencukupkan segala yang saya butuhkan, 
asalkan saya percaya dan mengandalkanNya dimanapun saya berada dan dalam kondisi apapun saya.

Khayalan mendapatkan telepon dari Mamak kalau adik-adik sudah bisa berlari, 
atau awang-awang dimana pada saat membuka pintu rumah melihat adik-adik sudah bisa berjalan dengan sehat sedia kala, 
atau bahkan pada saat saya bangun dari tidur, melihat adik-adik bersiap-siap berangkat ke sekolah, 
dan masih banyak hal lainnya yang saya dambakan seperti seseorang menghabiskan 8 jam dalam tidurnya, 
kemudian bersemangat bangun untuk meraih apa yang dicita-citakan seperti mimpi indah dalam tidurnya.

Bahkan sampai saat ini, seperti seorang yang tidur, kemudian bangun, lalu tidur lagi, 
kemudian bangun lagi, dan begitu terulang kembali peristiwa tidur dan bangun, 
moment bermimpi dan berharap, walaupun tak tahu kapan tergapai semua cita dan asa, 
tak akan memudarkan semangat saya untuk terus meminta, 
untuk terus berharap, 
untuk terus memohon di dalam doa, 
kalau suatu saat Tuhan dengar doa kakak yang begitu sayang pada adik-adiknya ini.

Tidurlah di waktu yang tepat, 
bermimpilah seindah-indahnya sambil berdoa, 
bangunlah dengan segera, 
dan raihlah janji-janji Tuhan yang senantiasa menyertai saya, kamu, dan kita semua.

“Bahwa sumber segala kisah ialah kasih.Bahwa ingin berawal dari angan.Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba.Bahwa segala yang baik akan berbiak.Bahwa orang ramah tidak mudah marah.Bahwa seorang bintang harus tahan banting.Bahwa untuk menjadi gagah, kau harus gigih.Bahwa terlalu paham bisa berakibat hampa.”

Monday 8 January 2018

00:25 - No comments

"Old History"

waktu berjalan tidak cepat, tidak juga lambat.

perlahan namun tidak terlalu pelan,
terkesan ngebut tapi tidak diburu-buru.



hampir dua belas bulan sepertinya, tempat singgah si gadis berkarya,
tak dikunjungi, tak pula semenit dua menit dibersihkan setiap debu dan sarang laba-laba yang bergantungan.

ada banyak kisah, banyak juga yang tak terjadi apa-apa.
sedih, bahagia, pilu, canda tawa, semua meluruh tak tersisa.

oh...

menyisakan makna penyesalan mengapa si gadis tega meninggalkan tempat persinggahan,
yang banyak orang justru disitu mengakui eksistensinya.

--

banyak orang menganalogikan penyesalan layaknya nasi berevolusi menjadi buih-buih bubur yang tak berspasi.
kenapa harus bubur?
dan kenapa dimulai dengan nasi?

juga penyesalan mengapa selalu diakhiri dengan ketidakgunaan dan ketidakharusan seseorang untuk menyesal.
lantas, mengapa, harus ada kata "penyesalan" di dunia yang tak terhingga perbendaharaan kata.

--

si gadis berusaha membersihkan debu-debu yang menebal layaknya polusi yang selalu hinggap di sudut metromini,
yang tak pernah dibersihkan sang kernet apalagi pengemudi.

pekat, abu-abu tua, kemudian lengket dan wajib disikat.

begitu juga dengan hatimu yang tak pernah disirami kasih yang tulus dan sejati,
ia akan berkerak seperti nasi gosong yang ada di panci hitam milik ibu.


dalam segala lelah yang membuatku cemas,
aku mengenalmu, sebagai sehela napas,
yang tak pernah ingin kulepas.

kira-kira singkatnya begini.

kau harus bahagia meskipun tidak denganku.
namun kau juga harus mengerti,
aku benci kalimat ini.

bila kau tak mencintaiku,pura-puralah mencintaiku.
berpura-puralah sampai..
sampai kau lupa,
bila kau sedang berpura-pura.


secarik kertas berisikan kata-kata penuh emosi yang sedari tadi diusap-usap oleh si gadis,
akhirnya dilipat kecil menjadi empat bagian.

dimasukkannya ke kantong depan baju kodok yang dipakainya.

melangkah keluar rumah dengan membawa segala perabot lama,
membersihkan seluruh sarang laba-laba dan keluarga besar mereka,
menyapu setiap pasir tertinggal,
mengelap setiap kelengketan-kelengketan yang terdapat di penjuru ruangan.


bersih. kosong. tentu siap dihuni.

karna dia tahu, bahwa ingatannya sudah kembali, dan tak bisa menerima kepura-puraan lagi.

yang baru akan datang, maka yang lama segera dibuang.


"Forget about what’s happened; don’t keep going over old history."

Saturday 11 February 2017

17:15 - No comments

JANTUNG BERBULU

Jaman dahulu ada seorang penyihir muda tampan, berbakat, dan kaya raya. Ia melihat teman-temannya menjadi seperti orang bodoh hanya karena jatuh cinta, bahkan ada sampai kehilangan gairah hidup dan kehilangan harga diri mereka. Pemuda itu berhasrat tidak mau menunjukkan kelemahan macam itu sehingga dia menggunakan sihir hitam untuk mencegah dirinya jatuh cinta.
Tanpa disadari pemuda tersebut telah melangkah terlalu jauh, keluarga pemuda itu menertawakan usahanya menghindar dari cinta. Namun sang pemuda terlanjur bangga dan akan kepandaian serta kekuatannya untuk mengabaikan cinta. Ketika kedua orangtua penyihir itu meninggal dunia, dia sama sekali tidak merasakan kesedihan bahkan merasa terberkati karena kematian mereka. Sekarang ia seorang diri mengusai Kastil tersebut. Sang penyihir muda kemudian memindahkan kekayaan terhebatnya ke ruang bawah tanah.
Penyihir itu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pantas membuat orang lain iri karena kesendiriannya, hingga pada suatu hari sang penyihir mendengar pembicaraan dua pembantunya yang membuatnya sangat kecewa. Salah satunya menaruh kasihan padanya dengan kekayaan seperti sekarang ini belum juga mendapatkan seseorang yang dikasihi.
Pembantu lain menertawakannya karena dengan kekayaan seperti yang dimiliki penyihir muda saat ini tidak dapat menarik seseorang sebagai istrinya. Pembicaraan keduanya sangat menyakitkan hati sang penyihir. Kemudian ia memutuskan untuk mencari seorang istri, yang kemungkinan besar harus paling cantik agar orang-orang dapat mengaguminya, berasal dari keluarga penyihir yang sakti sehingga ia memiliki bakat yang sama seperti keluarganya, dan memiliki kekayaan setidaknya sama dengannya sehingga eksistensinya menjadi jelas.
Dibutuhkan waktu lama mendapatkan wanita sesuai dengan kriteria tersebut, namum sebuah keajaiban terjadi, satu hari setelah sang penyihir muda berketetapan mencari pendamping ia bertemu dengan seorang gadis penyihir yang kebetulan sedang mengunjungi keluarganya dilingkungan tersebut.
Wanita tersebut memiliki keahlian sihir yang mumpuni, memiliki kekayaan yang tidak dapat diragukan lagi serta kecantikannya membuat semua pria terpana, kecuali satu orang. Penyihir muda tidak merasa sedikitpun perasaan yang dimiliki orang lain.
Namun demikian ia menganggap gadis penyihir itu sebagai hadiah utama, penyihir laki-laki itu mengejarnya, meyakinkan semua orang yang dikenalnya bahwa ia telah berhasil merebut hati gadis tersebut. Tetapi gadis penyihir merasakan sikap kagum sekaligus aneh terhadap perhatian pemuda tersebut, ia merasakan sikap dingin dibalik kehangatan yang diperlihatkannya. Sang gadis tidak pernah bertemu dengan seorang pria yang begitu aneh. Keluarga gadis membesarkan hatinya bahwa mereka berdua adalah pasangan yang serasi dan menyatakan kesediaan mereka menerima undangan pesta yang akan diadakan di kastil sang pemuda.
Pada saat pesta diadakan, meja-meja dihiasi dengan perak dan emas, dilengkapi anggur terbaik yang pernah ada dan makanan yang lezat. Pemuda dan sang gadis duduk berdampingan dan pemuda tersebut membisikan syair-syair puisi yang ia sendiri sebenarnya tidak mengerti arti sesungguhnya. Sang gadis mendengarkan dengan seksama, dan akhirnya menjawab, “Engkau berbicara dengan baik, dan saya sangat senang atas perhatian yang diberikan hanya jika aku telah melihat hatimu!”
Sang pemuda tersenyum dan mengatakan tidak perlu khawatir akan masalah tersebut, kemudian ia membungkuk memberi salam hormat kemudian menuntun sang gadis mejauhi pesta tersebut menuju ruang bawah tanah yang terkunci tempat dia menyimpan rahasia terbesar miliknya. Disana pemuda menunjukkan sebuah kotak kristal, yang di dalamnya tersimpan sebentuk jantung yang berdetak.
Sudah lama sejak jantung tersebut terpisah dengan anggota tubuh yang lain, sudah tidak pernah memahami arti kecantikan, indahnya suara musik dan merasakan halusnya kulit. Sang gadis menjadi ketakutan melihat kenyataan tersebut, jantung tersebut telah menyusut dan ditutupi oleh bulu hitam dan panjang.
“Oh, apa yang telah engkau lakukan?” tanyanya. “Kembalikan itu ketempatnya semula, kumohon padamu!”
Sang pemuda melihat hal tersebut dapat menyenangkan hati sang gadis, kemudian ia mengayunkan tongkat sihir untuk membuka kotak kristal, membelah dadanya dan meletakkan jantung berbulu itu di tempatnya.
“Sekarang kau akan mengerti apa itu cinta sejati!”, sang gadis menangis sambil memeluk pemuda tersebut.
Sentuhan dari tangan putih lembut, suara nafas yang terdengar ditelinga, dan hawa yang keluar dari rambut emas sang gadis, semuanya laksana anak panah yang membangunkan jantung yang baru menyatu dengan tubuhnya tersebut. Jantung tersebut membesar dengan aneh seiring tarikan nafas pemuda. Buta dan liar dalam kegelapan tempat selama ini sang jantung bersemayam, dan hasrat menguat serta mulai melawan sang pemuda.
Para tamu undangan pesta mulai memperhatikan ketidak hadiran tuan rumah dan sang gadis. Awalnya mereka menganggap hal tersebut wajar, namun berjam-jam mereka mulai resah dan mencari-cari keduanya dikastil tersebut sampai akhirnya mereka menemukan ruang bawah tanah dan terlihat sang gadis terbujur kaku dilantai dengan dada robek terbuka.
Disampingnya mayat pemuda memegang jantung merah bersinar milik si gadis yang akan dimasukan kedalam dadanya. Tangan yang lain memegang tongkat sihir untuk mencabut jantung berbulu miliknya yang terus melawan tidak mau meninggalkan tubuhnya. Hal tersebut terjadi begitu cepat, sang pemuda akhirnya membuang tongkat sihir kemudian menyambar pisau perak dan mencabut jantungnya dari rongga dada agar ia tidak dikuasai jantung berbulu tersebut. Untuk beberapa saat dia berlutut penuh kemenangan dengan sebuah jantung di masing-masing tangannya. Sampai akhirnya terjatuh diatas mayat sang gadis dalam keadaan tak bernyawa.


**_*******