02:34 -
No comments
ayah.
"gue benci bokap gue, mi!"
"ga suka gue liat dia, malesin banget punya bokap begitu!"
"keras kepala banget, maunya menang sendiri, ngerasa paling bener di dunia."
"udah gitu, dia suka banget bentak-bentak nyokap gue!"
"iiihhh gue benci! gue benci ama dia, mi!!"
...---...
sekitar tiga hari yang lalu, saya mencoba untuk naik angkutan umum ke suatu tempat. tepatnya sih naik TransJakarta ke daerah Hayam Wuruk di Jakarta Pusat.
saat di dalam bis. ada dua orang perempuan yang saya pikir umurnya berkisar 16 tahun.
mereka menggunakan baju seragam SMA.
percakapan di atas tadi adalah salah satu kalimat-kalimat yang saya dengar dan perhatikan dari mereka berdua.
jadi si cewek A sedang curhat mengenai ketidaksukaannya pada ayahnya sendiri kepada cewek B.
cewek A ini terus-terusan mengeluh, dan terkadang memaki ayahnya sendiri.
saya rasa, mungkin ayah cewek A ini begitu banyak melakukan kesalahan kepada anaknya, sampai begitu putrinya ini membencinya.
si cewek B hanya diam mendengarkan, dan sesekali berkata, "sabar ya ra."
tapi tetap saja si cewek A ini meledak-ledak karena memang sudah begitu banyak kemarahan yang ia pendam pada ayahnya ini.
untungnya bis yang kami tumpangi tak terlalu ramai, dan terlihat hampir semua penumpang tak memerhatikan kedua anak gadis ini.
kecuali saya.
saya asik sekali menyimak mereka, walaupun saya yakin, mereka merasa kalau saya sedang memerhatikan mereka.
tapi mereka tetap saja saling berbincang satu sama lain.
...---...
"ra, gue juga sama, gue benci bokap gue yang tukang selingkuh."
"bokap gue suka mabuk. bahkan pernah dia ngarahin pisau ke nyokap gue."
"disitu gue berharap, mending dia cepet-cepet mati aja."
"tapi satu ra, satu yang gue sesalin sampai sekarang."
"gue lebih memilih dia hidup."
"gapapa deh, mau dia mabuk-mabukan kek, mau dia selingkuh kek."
"atau dia mau coba bunuh keluarganya sendiri kek."
"mending dia ada ra, paling engga, gue punya bokap."
"lebih sakit ga punya bokap, walaupun misalnya waktu hidup, dia sering nyakitin."
"tapi gue lebih pilih dia hidup ra, ketimbang dia ga ada kaya sekarang."
...---...
saat itu saya tertegun mendengar kata-kata si cewek B terhadap si cewek A.
saya yakin si cewek A pun juga tertegun.
tapi mungkin saya lebih merasa kalau kata-kata itu memang benar adanya.
mungkin saya bukan orang yang begitu membenci ayah saya. tapi saya juga bukan orang yang dapat bersyukur untuk keberadaan ayah saya.
tapi ada satu hal yang membuat saya teringat akan sebuah film.
sebuah film yang menceritakan seorang anak autis yang sangat membenci ayahnya. karena memang ayahnya seringkali memakinya.
bahkan sering mencoba membunuhnya. karena memang ia tak mau memiliki anak autis yang baginya hanya sebuah sampah dalam hidupnya.
sampai pada akhirnya si anak autis ini memiliki trauma yang berkepanjangan. ia tak bisa mengingat masa lalunya.
ia lupa akan ayahnya. ia lupa akan hal-hal yang dulu sering membuatnya menderita dan kesakitan.
singkat cerita, si anak autis ini menjadi seorang dokter. dan ayahnya yang sudah mengusirnya dulu, tiba-tiba mendatanginya dan memintanya untuk menyembuhkan penyakit ayahnya ini.
si anak autis yang tadinya sudah lupa akan ayahnya. tiba-tiba masa lalu yang baginya kelam itu, terkuak kembali.
ia semakin membenci ayahnya. bahkan ia takut bertemu dengan ayahnya ini.
tapi karena ia tak tega dengan ayahnya. baginya lebih baik ayahnya hidup, ketimbang ayahnya meninggal.
"ayah, kau harus hidup. agar aku bisa belajar tidak membencimu."
"kalau kau mati, aku akan benar-benar membencimu. karena di saat kau hidup, sedikitpun, tak ada kenangan baik yang bisa kuingat tentang dirimu."
saya yakin, tak ada yang bisa menyalahkan kebencian anak autis itu pada ayahnya. karena memang ayahnya sudah begitu banyak melukainya.
tapi di sini saya belajar satu hal.
paling tidak, saya harus bersyukur.
kalau ayah saya, masih hidup.
jadi, masih ada kesempatan bagi saya, untuk menciptakan kenangan-kenangan yang baik tentangnya.
sehingga nantinya, di saat Tuhan memanggilnya.
tak ada penyesalan dalam hidup saya. justru saya akan semakin bersyukur.
ya bersyukur. kalau dia ayah saya.
karena kalau dia bukan ayah saya.
maka di dunia ini, tidak akan ada saya.
0 komentar:
Post a Comment