00:25 -
No comments
"Old History"
waktu berjalan tidak cepat, tidak juga lambat.
perlahan namun tidak terlalu pelan,
terkesan ngebut tapi tidak diburu-buru.
hampir dua belas bulan sepertinya, tempat singgah si gadis berkarya,
tak dikunjungi, tak pula semenit dua menit dibersihkan setiap debu dan sarang laba-laba yang bergantungan.
ada banyak kisah, banyak juga yang tak terjadi apa-apa.
sedih, bahagia, pilu, canda tawa, semua meluruh tak tersisa.
oh...
menyisakan makna penyesalan mengapa si gadis tega meninggalkan tempat persinggahan,
yang banyak orang justru disitu mengakui eksistensinya.
--
banyak orang menganalogikan penyesalan layaknya nasi berevolusi menjadi buih-buih bubur yang tak berspasi.
kenapa harus bubur?
dan kenapa dimulai dengan nasi?
juga penyesalan mengapa selalu diakhiri dengan ketidakgunaan dan ketidakharusan seseorang untuk menyesal.
lantas, mengapa, harus ada kata "penyesalan" di dunia yang tak terhingga perbendaharaan kata.
--
si gadis berusaha membersihkan debu-debu yang menebal layaknya polusi yang selalu hinggap di sudut metromini,
yang tak pernah dibersihkan sang kernet apalagi pengemudi.
pekat, abu-abu tua, kemudian lengket dan wajib disikat.
begitu juga dengan hatimu yang tak pernah disirami kasih yang tulus dan sejati,
ia akan berkerak seperti nasi gosong yang ada di panci hitam milik ibu.
secarik kertas berisikan kata-kata penuh emosi yang sedari tadi diusap-usap oleh si gadis,
akhirnya dilipat kecil menjadi empat bagian.
dimasukkannya ke kantong depan baju kodok yang dipakainya.
melangkah keluar rumah dengan membawa segala perabot lama,
membersihkan seluruh sarang laba-laba dan keluarga besar mereka,
menyapu setiap pasir tertinggal,
mengelap setiap kelengketan-kelengketan yang terdapat di penjuru ruangan.
bersih. kosong. tentu siap dihuni.
karna dia tahu, bahwa ingatannya sudah kembali, dan tak bisa menerima kepura-puraan lagi.
yang baru akan datang, maka yang lama segera dibuang.
perlahan namun tidak terlalu pelan,
terkesan ngebut tapi tidak diburu-buru.
hampir dua belas bulan sepertinya, tempat singgah si gadis berkarya,
tak dikunjungi, tak pula semenit dua menit dibersihkan setiap debu dan sarang laba-laba yang bergantungan.
ada banyak kisah, banyak juga yang tak terjadi apa-apa.
sedih, bahagia, pilu, canda tawa, semua meluruh tak tersisa.
oh...
menyisakan makna penyesalan mengapa si gadis tega meninggalkan tempat persinggahan,
yang banyak orang justru disitu mengakui eksistensinya.
--
banyak orang menganalogikan penyesalan layaknya nasi berevolusi menjadi buih-buih bubur yang tak berspasi.
kenapa harus bubur?
dan kenapa dimulai dengan nasi?
juga penyesalan mengapa selalu diakhiri dengan ketidakgunaan dan ketidakharusan seseorang untuk menyesal.
lantas, mengapa, harus ada kata "penyesalan" di dunia yang tak terhingga perbendaharaan kata.
--
si gadis berusaha membersihkan debu-debu yang menebal layaknya polusi yang selalu hinggap di sudut metromini,
yang tak pernah dibersihkan sang kernet apalagi pengemudi.
pekat, abu-abu tua, kemudian lengket dan wajib disikat.
begitu juga dengan hatimu yang tak pernah disirami kasih yang tulus dan sejati,
ia akan berkerak seperti nasi gosong yang ada di panci hitam milik ibu.
dalam segala lelah yang membuatku cemas,
aku mengenalmu, sebagai sehela napas,
yang tak pernah ingin kulepas.
kira-kira singkatnya begini.
kau harus bahagia meskipun tidak denganku.
namun kau juga harus mengerti,
aku benci kalimat ini.
bila kau tak mencintaiku,pura-puralah mencintaiku.
berpura-puralah sampai..
sampai kau lupa,
bila kau sedang berpura-pura.
secarik kertas berisikan kata-kata penuh emosi yang sedari tadi diusap-usap oleh si gadis,
akhirnya dilipat kecil menjadi empat bagian.
dimasukkannya ke kantong depan baju kodok yang dipakainya.
melangkah keluar rumah dengan membawa segala perabot lama,
membersihkan seluruh sarang laba-laba dan keluarga besar mereka,
menyapu setiap pasir tertinggal,
mengelap setiap kelengketan-kelengketan yang terdapat di penjuru ruangan.
bersih. kosong. tentu siap dihuni.
karna dia tahu, bahwa ingatannya sudah kembali, dan tak bisa menerima kepura-puraan lagi.
yang baru akan datang, maka yang lama segera dibuang.
"Forget about what’s happened; don’t keep going over old history."
0 komentar:
Post a Comment