17:08 -
No comments
Tanda Tanya
kamu selalu berusaha diam.
tak berniat mengutarakan apa yang ada di pikiran.
kemudian kamu selalu berniatan tak nampak.
tidak berhasrat meraba apalagi menggenggam asa dan tujuan.
yang selalu ingin dimengerti, tapi tak seorang pun yang mengingat.
yang berharap dikasihani, namun apa daya semua sibuk dengan dunianya sendiri.
bahkan sebutir pasir di ujung pulau pun nampak putih.
tapi kamu tak terlihat, walau jelas-jelas bayanganmu ada di pelupuk mata sang pengamat.
angin yang tak berwujud mempunyai peran dalam sebuah ekosistem,
lalu dimanakah maknamu?
bahkan sampah pun dapat didaur ulang untuk sebuah kebaikan.
Maha Agung menciptakan tiga jenis mahkluk hidup dan ribuan yang tak bernyawa.
bukankah itu semua saling berkesinambungan untuk sebuah kondisi yang sempurna?
malam selalu menjadi kawan sejati bagi si pecinta sepi,
tapi kamu tidak menyukai keheningan.
karena keberadaanmu hadir di saat semua hal berbising.
kopi sering dikaitkan bagi para pemikir yang ingin bersuara,
namun kamu tidak punya rasa setitik walau hanya untuk menentukan bagaimana identitasnya.
setetes air akan berubah pengertian ketika mereka berkawan dengan sesama.
kawanan gerimis yang sering kamu sebut hujan itu pun dapat membuat hati seorang gadis di ujung sana bergemuruh.
namun diam dan dinginmu mengapa.
kamu bukan warga bulan yang kehidupannya menjadi pertanyaan semua orang.
kamu juga bukan saksi teroris yang keberadaannya dikaitkan dengan kekhawatiran semata.
dan kamu tentunya bukan hantu yang kisahnya membuat gadis bernama Retno itu penasaran.
sampai saat ini yang paling pas menggambarkanmu hanyalah sebuah tanda tanya.
tanda tanya yang tak akan pernah bermakna tanpa ada sebuah pertanyaan.
tanda tanya yang tak akan bisa hilang jika belum dijawab.
kamu adalah tanda tanya bagiku—si masa lalu.
karena dalam diam dan dingin, aku selalu mengetuk pintu.
menikmati rekaman yang jelas-jelas tak pantas dikenang.
mendengarkan nyanyian berbau kematian.
kemudian berusaha bernafas di tengkuk, walau tinggimu tak mampu kujangkau.
kamu hanyalah tanda tanya dalam hidupku—si masa lalu.
karena lewat rangkaian aksaramu, aku sadar,
kalau otak kananmu masih menyediakan sedikit ruang tentangku.
tak berniat mengutarakan apa yang ada di pikiran.
kemudian kamu selalu berniatan tak nampak.
tidak berhasrat meraba apalagi menggenggam asa dan tujuan.
yang selalu ingin dimengerti, tapi tak seorang pun yang mengingat.
yang berharap dikasihani, namun apa daya semua sibuk dengan dunianya sendiri.
bahkan sebutir pasir di ujung pulau pun nampak putih.
tapi kamu tak terlihat, walau jelas-jelas bayanganmu ada di pelupuk mata sang pengamat.
angin yang tak berwujud mempunyai peran dalam sebuah ekosistem,
lalu dimanakah maknamu?
bahkan sampah pun dapat didaur ulang untuk sebuah kebaikan.
Maha Agung menciptakan tiga jenis mahkluk hidup dan ribuan yang tak bernyawa.
bukankah itu semua saling berkesinambungan untuk sebuah kondisi yang sempurna?
malam selalu menjadi kawan sejati bagi si pecinta sepi,
tapi kamu tidak menyukai keheningan.
karena keberadaanmu hadir di saat semua hal berbising.
kopi sering dikaitkan bagi para pemikir yang ingin bersuara,
namun kamu tidak punya rasa setitik walau hanya untuk menentukan bagaimana identitasnya.
setetes air akan berubah pengertian ketika mereka berkawan dengan sesama.
kawanan gerimis yang sering kamu sebut hujan itu pun dapat membuat hati seorang gadis di ujung sana bergemuruh.
namun diam dan dinginmu mengapa.
kamu bukan warga bulan yang kehidupannya menjadi pertanyaan semua orang.
kamu juga bukan saksi teroris yang keberadaannya dikaitkan dengan kekhawatiran semata.
dan kamu tentunya bukan hantu yang kisahnya membuat gadis bernama Retno itu penasaran.
sampai saat ini yang paling pas menggambarkanmu hanyalah sebuah tanda tanya.
tanda tanya yang tak akan pernah bermakna tanpa ada sebuah pertanyaan.
tanda tanya yang tak akan bisa hilang jika belum dijawab.
kamu adalah tanda tanya bagiku—si masa lalu.
karena dalam diam dan dingin, aku selalu mengetuk pintu.
menikmati rekaman yang jelas-jelas tak pantas dikenang.
mendengarkan nyanyian berbau kematian.
kemudian berusaha bernafas di tengkuk, walau tinggimu tak mampu kujangkau.
kamu hanyalah tanda tanya dalam hidupku—si masa lalu.
karena lewat rangkaian aksaramu, aku sadar,
kalau otak kananmu masih menyediakan sedikit ruang tentangku.