Thursday, 30 January 2014

01:16 - No comments

adil kah?

"Tuhan itu adil."
kalimat itu cukup menjadi pemikiran saya selama dua tahun belakangan ini.
bagi saya, Tuhan itu baik. apa baik dengan adil itu bisa disamakan porsinya?
entahlah.

Rico Verando.
seorang pria yang umurnya berkisar 19 tahun.
seorang pria yang memang di umurnya sudah pantas memiliki pacar (katanya).

seorang anak laki-laki yang harusnya enggak makan lima butir pil obat dalam dua kali sehari.
seorang anak laki-laki yang harusnya tahu apa yang baik dan enggak baik buat dia.

seorang abang yang harusnya dihormati oleh adiknya yang masih duduk di Sekolah Dasar.
seorang adik yang harusnya enggak dianggap anak kecil lagi sama abangnya yang cuma terpaut setahun darinya.

dan terakhir,
seorang majikan yang harusnya enggak terus-terusan dibentak sama pembantunya.

"aku engga boleh megang rambut miss ya?", dengan polos ia berkata.
saya rasa organ tubuhnya sedang menghasilkan hormon testosteron saat dia berbicara seperti itu.
atau mungkin ada hal yang wajar terlihat di umurnya, namun tak tahu apa yang dilihatnya.

ya. dia normal. dia pria biasa. secara jasmaniah.

mungkin dia tak tahu apa yang terjadi padanya. mungkin.
atau bisa jadi, dia bingung kenapa dirinya berbeda dengan teman-temannya yang lain.

ya. dia memang berbeda. dia memang tidak biasa.

dia sering tertawa di saat tak ada hal yang harus ditertawakan.
dan terkadang membuat saya risih. bahkan membuat saya marah.

"engga boleh bercanda ya miss? kalau bercanda tinggal kelas ya?"
begitulah kata-kata andalannya apabila saya mulai risih dengan suara-suara aneh yang keluar dari bibirya.

dia tidak salah. orang tuanya pun juga tak salah.
dan tentu Tuhan takkan pernah salah.

terlihat kalau hidupnya tak bahagia. kisahnya begitu menyedihkan.
dan nampak begitu banyak ketidakadilan yang dialaminya.

namun,
memang sudah begitu takdirNya.

"Tuhan adil. Tuhan baik. Tuhan tak pernah salah."
"Dia tahu apa yang terbaik buat saya."

saya berharap dua kalimat tersebut tertanam di pikiran, dan di hatinya,

Rico Verando, murid saya yang autis itu.