02:02 -
No comments
Enjoy The Pain!
seringkali di saat saya mengalami berbagai kegagalan, kejatuhan, dan kekecewaan.
ada banyak orang yang selalu memberikan semangatnya bagi saya.
awalnya enak.
manis. lembut. menenangkan.
namun hanya sesaat. hanya sementara.
setelah dirasa-rasa, ternyata semuanya hanya semangat yang maya.
entah kenapa saat itu saya muak dengan kata-kata itu semua.
rasanya ada hal yang membuat saya yakin, kalau mereka tak memahami apa kebutuhan saya.
berulang kali saya memuaskan keinginan mereka, tapi apa tak bisa mereka jujur, dan berkata,
saya yakin, untuk semua pertanyaan, pasti ada jawabnya. apapun itu.
begitu juga dengan pertanyaan besar yang selalu muncul setiap membuka mata, dan sebelum menutup mata.
di saat mengawali hari demi hari, dan mengakhirinya perlahan-lahan.
saya nikmati. saya jalani. saya ikuti alurnya. saya turuti mau mereka semua.
tetapi tetap, ada pertanyaan besar yang muncul,
menahan semua perasaan, mencampur-adukkan kesedihan; amarah; air mata; dan canda tawa.
hal yang harusnya direspon dengan tawa, saya buat dengan amarah.
hal yang harusnya dibalas dengan air mata, malah saya buat dengan tawa bahagia.
semuanya kacau, sampai pada saya merasa air mata dan amarah sudah habis.
walaupun saya merasa tak pernah saya mengeluarkan keduanya.
datar. kosong. bingung.
akhirnya saya menyerah. saya mengakui kalau memang saya tidak bisa.
bukan mereka yang memberikan semangat kepada saya lah yang salah.
bukan mereka juga yang selalu berusaha menghibur saya lah yang harus disalahkan.
tapi saya.
saya yang selalu merasa kalau saya bisa.
saya yang selalu merasa kalau saya mampu.
saya yang beranggapan kalau saya kuat.
lalu pada hari itu. di atas jok kendaraan.
tepatnya malam kamis, entah tanggal berapa. entah sedang memikirkan apa. entah ada dimana.
tiba-tiba semuanya keluar. air mata. amarah. tawa. kecewa. semua jadi satu.
semua tumpah. dan membuat sesak di dada.
merengek. berteriak. terisak-isak. ingusan. semuanya keluar.
berusaha untuk menghapusnya. berusaha untuk menahannya. ternyata organ-organ tubuh sudah tak mampu membendungnya lagi.
terlalu melankolis kah untuk seorang yang sering membuat suasana ceria ?
atau berlebihan kah bagi orang yang biasanya menjalani hari-harinya,
dengan kata 'selow' atau 'woles ajalah'?
jangan ditahan. jangan dihapus. jangan buat dirimu seolah-olah kau bisa.
nikmati. rasakan sakitnya. menangislah. berteriaklah. tertawalah sekencang-kencangnya.
agar semua tersampaikan apa yang mau kau berikan.
agar semua jelas. kalau kau memang gagal.
agar sampai pada akhirnya kau mengakui,
ada banyak orang yang selalu memberikan semangatnya bagi saya.
awalnya enak.
manis. lembut. menenangkan.
namun hanya sesaat. hanya sementara.
setelah dirasa-rasa, ternyata semuanya hanya semangat yang maya.
"kamu pasti bisa, ka!"
"lu bisa, ezz!"
"semangat, zra!"
entah kenapa saat itu saya muak dengan kata-kata itu semua.
rasanya ada hal yang membuat saya yakin, kalau mereka tak memahami apa kebutuhan saya.
berulang kali saya memuaskan keinginan mereka, tapi apa tak bisa mereka jujur, dan berkata,
"udah zra, kalo cape, ya berhenti aja."atau,
"yaudah kalau kamu ga kuat, ya ga usah lanjut."
saya yakin, untuk semua pertanyaan, pasti ada jawabnya. apapun itu.
begitu juga dengan pertanyaan besar yang selalu muncul setiap membuka mata, dan sebelum menutup mata.
di saat mengawali hari demi hari, dan mengakhirinya perlahan-lahan.
saya nikmati. saya jalani. saya ikuti alurnya. saya turuti mau mereka semua.
tetapi tetap, ada pertanyaan besar yang muncul,
"gue bisa gak sih?"dan setelah pertanyaan itu muncul, ada sebuah pernyataan yang mengikuti dari belakang,
"lo gak bisa zra! please, jangan maksa!"
menahan semua perasaan, mencampur-adukkan kesedihan; amarah; air mata; dan canda tawa.
hal yang harusnya direspon dengan tawa, saya buat dengan amarah.
hal yang harusnya dibalas dengan air mata, malah saya buat dengan tawa bahagia.
semuanya kacau, sampai pada saya merasa air mata dan amarah sudah habis.
walaupun saya merasa tak pernah saya mengeluarkan keduanya.
datar. kosong. bingung.
akhirnya saya menyerah. saya mengakui kalau memang saya tidak bisa.
bukan mereka yang memberikan semangat kepada saya lah yang salah.
bukan mereka juga yang selalu berusaha menghibur saya lah yang harus disalahkan.
tapi saya.
saya yang selalu merasa kalau saya bisa.
saya yang selalu merasa kalau saya mampu.
saya yang beranggapan kalau saya kuat.
lalu pada hari itu. di atas jok kendaraan.
tepatnya malam kamis, entah tanggal berapa. entah sedang memikirkan apa. entah ada dimana.
tiba-tiba semuanya keluar. air mata. amarah. tawa. kecewa. semua jadi satu.
semua tumpah. dan membuat sesak di dada.
merengek. berteriak. terisak-isak. ingusan. semuanya keluar.
berusaha untuk menghapusnya. berusaha untuk menahannya. ternyata organ-organ tubuh sudah tak mampu membendungnya lagi.
terlalu melankolis kah untuk seorang yang sering membuat suasana ceria ?
atau berlebihan kah bagi orang yang biasanya menjalani hari-harinya,
dengan kata 'selow' atau 'woles ajalah'?
jangan ditahan. jangan dihapus. jangan buat dirimu seolah-olah kau bisa.
nikmati. rasakan sakitnya. menangislah. berteriaklah. tertawalah sekencang-kencangnya.
agar semua tersampaikan apa yang mau kau berikan.
agar semua jelas. kalau kau memang gagal.
agar sampai pada akhirnya kau mengakui,
"memang saya tidak bisa."